Sunday, 12 June 2016

SAPE’ : ALUNAN MUSIK YANG MEMBANGKITKAN JIWA


Photo Dayak Kayaan memainkan Sape (sumber internet)
Sape’ adalah alat musik petik yang berasal dari suku dayak Kayaan-Kenyah. Penamaan alat musik jenis Sape’ ini pertama kali ditemukan pada masyarakat Kayaan dan masyarakat Kenyah. Rumpun Kayaan termasuk juga dayak Kenyah merupakan pecahan suku yang berasal dari Apo kayaan Kalimantan Timur (Kaltim). Sebaran terbesarnya terdapat di Kaltim sepanjang sungai Mahakam. Sementara di Kalbar dan Sarawak Malaysia merupakan komunitas kecil dari pecahan Apo Kayaan tersebut.

Di Kalbar, Sape’ pertama diperkenalkan suku Dayak Kayaan Medalaam Kabupaten Kapuas Hulu. Kalangan mereka mengenal Sape’ dengan dua senar sebagai alat musik asli. Sementara sape’ empat senar merupakan sape’ Kenyah. Pada perkembangannya sejak terpisah dari Apo Kayaan, sape’ empat senar ini juga kerab dimainkan dalam kegiatan leluhur mereka hingga kini.

Dalam mitologi suku dayak Kayaan, Sape’ diciptakan oleh seorang yang terdampar di karangan (hamparan bebatuan dan kerikil sungai yang muncul akibat air surut), karena sampannya karam diterjang riam. Diantara rekannya, ia sendiri yang selamat dari terjangan riam hebat. Sesaat tertidur di karangan antara sadar dan tidak, ia mendengar suara alunan musik petik begitu indah dari dasar sungai. Lama mendengar suara tersebut, semakin dekat pula perasaan dengan jarak sumber suara hingga buatnya penasaran.

Ia merasa mendapat ilham dari leluhur nenek moyangnya. Sekembali ke rumah, ia pun mencoba membuat alat musik tersebut dan memainkannya sesuai lagu yang didengarnya ketika di karangan. Sejak saat itulah Sape’ dimainkan dan menjadi alat musik tradisi. Kini Sape’ telah menjadi musik khas suku Dayak umumnya. Selain itu, tak sedikit pula suku dayak lain mempelajari dengan serius alat musik ini dan bahkan piawai memainkannya. Selain piawai bermain Sape’, namun alangkah eloknya jika sang pemain memahami sejarah sape’ terlebih dahulu. Tradisi suku dayak Kayaan Medalaam, alat musik Sape’ kerab dimainkan pada kegiatan upacara adat seperti :

  1. Dayung, Mengobati orang sakit, khusus untuk orang yang memiliki abuh (makhluk gaib)
  2. Iringan tari waktu Ngayau, diiringi musik Daak Karaang Kayo
  3. Hiburan pada saat Dange, gawai dan acara perkawinan
  4. Upacara persembahan yang menggunakan daak sekivak ujung bakung
  5. Iringan Telima/tekna lawe’  (syair-syair kuno atau sastra lisan)

Dalam bahasa Kayaan Daak artinya musik. Ada beberapa jenis daak yang populer dimainkan pemain Sape’ kalangan suku dayak Kayaan Medalam yakni : Daak Datun Julut, Daak Umaa Timai, Daak Paron, Daak Lalang Buko’, Daak Luvaak Avun, Daak Manuk Halo’, Daak Song Pak, Daak Karaang Kayo, Daak Karaang Aruu’, Daak Daraan Kaloh, Daak Langiling, Daak Kasing Buraa’, dan banyak lagi.

Menjadi seorang pemain Sape’, setidaknya ada delapan hal dasar wajib diketahui sebelum memulai memainkan alat musik ini  adalah :
1. Ting = Senar
Cara stem sape’ Kayaan yakni ting 1 dan 2 nadanya sama, ting 1 dan 2 adalah nada do maka ting 4 adalah nada sol, dan ting 3 adalah nada mi tinggi atau oktaf kedua. (simak tutorial memainkan Sape’ kayaan Medalaam https://m.youtube.com/watch?v=tP3Cloa9zLQ
2. Lasar = Fret 
    terbuat dari rotan yang direkat dengan sarang serangga layut/kelulut
3. Lataar = permukaan ukiran sape
4. utah = kuping Sape’
5. Keraan = leher sape’
6. Avud = belakan sape’
7. Kuhung = kepala sape’ 
     biasanya motif yang digunakan adalah anjing dan burang Enggang
8. La’ib = bagian pinggir sape’
Ferry Sape', pemain sape' asal
Dayak Kayaan Medalaam
Dalam mitologi Kayaan, motif digunakan untuk sape’ biasanya adalah motif binatang-binatang perkasa yang bisa mengambil semangat orang lain atau membangkitkan semangat penari pada suatu pertunjukan. Bermain sape’ juga biasanya juga dimainkan oleh dua orang pemain atau lebih dengan sebutan Nyibak (rytem) dan Nganaak (Lead Guitar/Melody).

Pada perkembangannya, alat musik Sape’ kini bukan menjadi milik salah satu suku saja. Namun merupakan aset kekayaan budaya bangsa Indonesia. Kendati demikian, Sebagai generasi penerus warisan budaya setidaknya kita terus melestarikan dan menjaga khazanah kebudayaan ini. Jagalah jati diri sebagai identitas kita. Terpenting adalah bukan berarti senang dan mencintai kebudayaan orang lain menjadikan kita sebagai seorang plagiat.


No comments:

Post a Comment